Kalau ngomongin band yang punya vibe unik, eksperimental, dan selalu bikin orang takjub, Radiohead pasti masuk daftar teratas. Band asal Oxford, Inggris, ini bukan cuma sekadar grup musik, tapi kayak sebuah perjalanan seni yang penuh gebrakan.
Dari awal mereka ngejam di garasi sampai jadi ikon musik alternatif rock, art rock, eksperimental rock, dan elektronika. Radiohead punya cerita yang panjang dan seru banget. Yuk, kita ulas perjalanan mereka dari nol, termasuk semua album yang pernah mereka rilis, dengan gaya santai ala anak muda!
Bermula Ngeband di Sekolah Bergelar On A Friday
Cerita Radiohead dimulai di akhir 1980-an di Abingdon School, sebuah sekolah cowok di Oxford. Thom Yorke (vokal, gitar, piano), Jonny Greenwood (gitar, keyboard, segala macam alat musik), Colin Greenwood (bass), Ed O’Brien (gitar, vokal pendukung), dan Phil Selway (drum) ketemu di sini.
Mereka masih SMP-SMA, tapi udah punya passion buat bikin musik. Awalnya, mereka ngeband dengan nama On A Friday, soalnya mereka cuma bisa latihan di hari Jumat pas jadwal sekolah longgar.
Musik mereka waktu itu? Ya, campur aduk lah. Terinspirasi dari band-band kayak The Smiths, R.E.M., Joy Division, sama Pixies. Mereka mainin lagu-lagu post-punk, indie rock, tapi masih agak mentah. Thom yang jadi frontman udah mulai nunjukin bakat nulis lirik yang dalem, walaupun waktu itu masih agak awkward. Mereka nge-gig di pub-pub lokal, bikin demo tape, dan coba nyanyi dengan semangat anak muda yang pengen banget dengerin musik mereka sendiri.
Setelah lulus sekolah, mereka sempet vakum karena kuliah di tempat berbeda. Thom masuk ke Exeter University, Jonny ke Oxford Polytechnic, dan yang lain juga sibuk dengan urusan masing-masing. Tapi, passion musik bikin mereka balik lagi di 1991.
Mereka ganti nama jadi Radiohead, terinspirasi dari lagu Talking Heads yang judulnya “Radio Head”. Nama ini ternyata cocok banget buat vibe mereka yang eksperimental dan rada “out of the box”.
Pablo Honey dan “Creep” yang Meledak
Di 1992, Radiohead teken kontrak sama EMI Records setelah demo mereka, terutama lagu “Creep”, bikin label ini kepincut. Album debut mereka, Pablo Honey, rilis di 1993. Album ini punya vibe grunge dan alternative rock yang lagi ngetren di era itu, tapi jujur, belum terlalu nunjukin keunikan Radiohead yang sesungguhnya.
Lagu-lagu kayak “You” dan “Anyone Can Play Guitar” asik, tapi yang bikin album ini meledak ya “Creep”.
“Creep” itu kayak anthem buat anak-anak yang ngerasa “gue ga cocok di sini”. Liriknya yang super personal tentang rasa insecure dan riff gitar Jonny yang ikonik (dengan “chun-chun” sebelum chorus) bikin lagu ini hits banget. Awalnya sih cuma populer di Inggris, tapi pas masuk Amerika, “Creep” jadi fenomena.
Sayangnya, Radiohead sempet kesel sama lagu ini karena mereka dianggap “one-hit wonder”. Thom bahkan bilang dia benci mainin “Creep” di konser karena bikin mereka kayak terjebak di satu lagu doang.
Pablo Honey terjual lumayan, tapi kritikus bilang album ini “biasa aja”. Radiohead sendiri juga ga terlalu bangga sama album ini. Mereka pengen bikin sesuatu yang lebih gede, lebih liar, lebih… mereka.
The Bends
Tahun 1995, Radiohead balik dengan The Bends, dan ini dia titik balik mereka. Album ini jauh lebih mateng, emosional, dan nunjukin bahwa mereka bukan band cuma bisa bikin satu lagu hits. Thom mulai nulis lirik yang lebih puitis, sementara Jonny dan Ed bikin tekstur gitar yang epik. Produksi album ini juga lebih rapi, berkat kerja sama sama produser John Leckie.
Lagu-lagu kayak “Fake Plastic Trees”, “High and Dry”, “Just”, dan “Street Spirit (Fade Out)” bikin orang mulai ngeh bahwa Radiohead punya sesuatu yang spesial. “Fake Plastic Trees” misalnya, punya vibe melankolis yang bikin pendengar pengen nangis, apalagi pas Thom nyanyi “She looks like the real thing…”. “Street Spirit” juga gelap banget, Thom bilang lagu ini tentang keputusasaan total.
The Bends dapet puji-puji dari kritikus dan bikin Radiohead mulai dianggap serius di dunia musik. Mereka touring gila-gilaan, main di festival besar kayak Glastonbury, dan mulai punya fanbase yang loyal. Tapi, tekanan buat ngelupain bayang-bayang “Creep” masih ada, dan Thom mulai ngerasa burn out sama jadwal tur yang padet.
OK Computer
Kalau The Bends adalah titik balik, OK Computer (1997) adalah ledakan supernova. Album ini sering disebut sebagai salah satu album terbaik sepanjang masa, dan emang pantas. Radiohead di sini bener-bener keluar dari zona nyaman mereka. Mereka campurin rock dengan elemen elektronik, ambient, dan bahkan jazz. Liriknya? Super gelap, ngebahas alienasi, teknologi, dan ketakutan akan masa depan.
Lagu-lagu kayak “Paranoid Android”, “Karma Police”, “No Surprises”, dan “Exit Music (For a Film)” adalah masterpiece. “Paranoid Android” itu kayak rollercoaster, punya tiga bagian yang beda-beda, dari riff gitar yang gila sampai harmoni vokal yang bikin merinding. “Karma Police” punya vibe dystopia yang bikin kita ngerasa diawasi, sementara “No Surprises” adalah lagu nina-bobo yang ironically super depressing.
OK Computer bukan cuma sukses secara komersial (nembus chart di banyak negara), tapi juga bikin Radiohead jadi band yang ngubah cara orang lihat musik rock. Mereka ga cuma bikin lagu, tapi bikin pengalaman. Album ini juga bikin mereka menang Grammy buat Best Alternative Album. Tapi, kesuksesan ini ada harga: Thom nyaris mental breakdown gara-gara tekanan dan kelelahan.
Kid A dan Amnesiac
Masuk tahun 2000, Radiohead bikin orang bingung sekaligus takjub dengan Kid A. Setelah OK Computer, orang ngira mereka bakal bikin album rock epik lagi. Eh, malah kebalik. Kid A penuh dengan suara elektronik, glitch, dan tekstur yang abstrak. Thom terinspirasi dari musik elektronik kayak Aphex Twin dan krautrock-nya Neu!, sementara Jonny bereksperimen dengan alat-alat aneh kayak ondes Martenot.
Lagu kayak “Everything In Its Right Place” dan “Idioteque” nunjukin sisi baru Radiohead yang super avant-garde. “How to Disappear Completely” adalah salah satu lagu paling haunting yang pernah mereka bikin, dengan lirik yang ngegambarin perasaan Thom yang pengen “hilang” dari dunia. Awalnya, fans dan kritikus bingung, tapi lama-lama Kid A dianggap masterpiece dan sering masuk daftar album terbaik abad ini.
Setahun kemudian, 2001, mereka rilis Amnesiac, yang direkam di sesi yang sama dengan Kid A. Banyak yang bilang ini kayak “adiknya” Kid A, tapi Amnesiac punya vibe yang lebih jazzy dan chaotic. Lagu kayak “Pyramid Song” dengan piano yang megah dan “Knives Out” yang creepy bikin album ini tetep ikonik. Tapi, jujur, Amnesiac ga seterkenal Kid A.
Hail to the Thief
Di 2003, Radiohead rilis Hail to the Thief, album yang kayak jembatan antara rock-nya OK Computer dan eksperimen elektronik Kid A/Amnesiac. Album ini punya tema politik yang kuat, terinspirasi dari perang Irak dan suasana dunia pasca 9/11. Judulnya sendiri kayak sindiran buat pemerintahan George W. Bush.
Lagu-lagu kayak “2 + 2 = 5”, “There There”, dan “A Wolf at the Door” nunjukin Radiohead masih bisa bikin rock yang kuat, tapi dengan sentuhan eksperimental. “There There” misalnya, punya drum yang tribal dan gitar yang epik. Album ini dapet sambutan bagus, tapi beberapa fans ngerasa ini agak “berantakan” dibandingkan karya mereka sebelumnya.
In Rainbows
Tahun 2007, Radiohead bikin gebrakan lagi dengan In Rainbows. Bukan cuma soal musiknya, tapi cara mereka rilis album ini. Mereka lepasin In Rainbows secara digital dengan model “bayar sesukamu”. Mau bayar 0 pound? Bisa. Mau bayar 100 pound? Silakan. Ini bikin heboh karena ngubah cara industri musik lihat distribusi digital.
Musiknya sendiri? Manis, hangat, tapi tetep punya kedalaman. Lagu kayak “Nude”, “Weird Fishes/Arpeggi”, dan “Jigsaw Falling Into Place” bikin album ini terasa intim tapi megah. “Reckoner” juga salah satu lagu terbaik mereka, dengan perkusi yang kompleks dan vokal Thom yang soulful. In Rainbows dapet pujian gede-gedean dan bikin Radiohead tetep relevan di era baru.
The King of Limbs
Di 2011, Radiohead rilis The King of Limbs, album yang lebih pendiam dan minimalis. Banyak yang bilang ini album paling “underwhelming” mereka, tapi tetep punya pesona. Lagu kayak “Bloom” dan “Lotus Flower” punya beat yang loopy dan tekstur yang kaya, sementara “Separator” bikin kita ngerasa melayang. Thom bilang album ini terinspirasi dari alam dan ritme organik, makanya vibe-nya agak beda.
Album ini juga nunjukin Thom mulai main-main sama proyek solo dan kolaborasi lain, kayak Atoms for Peace. Tapi, Radiohead tetep solid sebagai band, walaupun fans mulai nanya-nanya, “Kapan sih album berikutnya?”
A Moon Shaped Pool
Di 2016, Radiohead rilis A Moon Shaped Pool, album yang terasa kayak perpisahan emosional. Banyak lagu di sini ngegambarin pergolakan pribadi Thom, termasuk perceraiannya dengan pasangan lamanya, Rachel Owen. Lagu-lagu kayak “Burn the Witch”, “Daydreaming”, dan “True Love Waits” (yang akhirnya direkam versi studio setelah 20 tahun cuma dimainin live) bikin album ini super personal.
Musiknya megah, dengan banyak elemen orkestra berkat Jonny yang ngulik aransemen klasik. “Daydreaming” misalnya, punya piano yang lembut tapi bikin hati perih. Album ini dapet sambutan hangat dan dianggap sebagai salah satu karya terbaik mereka, walaupun ga se-revolusioner OK Computer atau Kid A.
Kabar Radiohead Sekarang
Sampai 2025, Radiohead belum rilis album baru setelah A Moon Shaped Pool. Thom Yorke sibuk dengan proyek solo dan soundtrack film, Jonny ngulik musik klasik dan skor film (dia bahkan dapet nominasi Oscar!), sementara yang lain juga punya proyek masing-masing. Tapi, mereka ga pernah bilang bubar. Malah, di 2021, mereka rilis ulang Kid A dan Amnesiac dalam bentuk Kid A Mnesia, lengkap dengan bonus track dan materi unreleased.
Fans masih berharap Radiohead balik dengan album baru, tapi entah kapan. Yang jelas, warisan mereka udah gak bisa diraguin. Dari Pablo Honey sampai A Moon Shaped Pool, Radiohead ngasih kita 9 album studio yang masing-masing punya cerita dan inovasi. Mereka ga cuma bikin musik, tapi ngubah cara kita denger musik.
List Album Studio Radiohead
- Pablo Honey (1993)
- The Bends (1995)
- OK Computer (1997)
- Kid A (2000)
- Amnesiac (2001)
- Hail to the Thief (2003)
- In Rainbows (2007)
- The King of Limbs (2011)
- A Moon Shaped Pool (2016)
Radiohead adalah bukti bahwa musik itu ga cuma soal hits, tapi soal bikin sesuatu yang jujur, berani, dan beda. Dari anak-anak sekolah yang ngejam di Oxford sampai jadi legenda yang nginspirasi band-band kayak Coldplay, Muse, sampai Tame Impala, perjalanan mereka adalah rollercoaster emosi dan kreativitas.
Jadi, kalau lo belum dengerin Radiohead, coba deh puter “Paranoid Android” atau “No Surprises” sekarang. Siap-siap aja, bro, mereka bakal bikin lo jatuh cinta… atau minimal bikin lo mikir keras tentang hidup!