Hai, metalheads! Kalau kamu seorang penggemar musik keras yang bikin adrenalin naik, pasti udah nggak asing sama Avenged Sevenfold, atau yang lebih dikenal dengan singkatan A7X. Band asal Huntington Beach, California, ini udah jadi salah satu ikon di dunia heavy metal dan rock selama lebih dari dua dekade.

Dari awal mereka bikin musik di garasi, sampai jadi band yang ngisi panggung-panggung besar dunia, perjalanan A7X emang penuh drama, evolusi, dan karya epik. Yuk, kita ulas perjalanan mereka dari nol sampai sekarang, sambil bahas semua album yang pernah mereka rilis dan genre musik yang mereka usung, dengan gaya santai ala anak muda!

Terbentuk di Huntington Beach (1999)

Avenged Sevenfold lahir di tahun 1999, pas jaman-jaman anak SMA di Huntington Beach, California, lagi demen-demennya bikin band. Band ini digawangi oleh M. Shadows (vokalis), Zacky Vengeance (gitaris ritme), The Rev (drummer), dan Matt Wendt (bassis). Nama “Avenged Sevenfold” mereka ambil dari kisah Kain dan Habel di Alkitab, tepatnya di Kejadian 4:15, yang artinya hukuman tujuh kali lipat buat yang berbuat jahat. Tapi, tenang aja, mereka bukan band religius kok, cuma suka aja sama konsep yang terdengar keren itu.

Di awal-awal, mereka bikin dua demo di tahun 1999 dan 2000, yang isinya masih mentah banget, tapi udah nunjukin bakat mereka. Matt Wendt kemudian diganti sama Justin Sane, yang sebelumnya main di band Suburban Legends. Nggak lama setelah itu, Synyster Gates masuk sebagai gitaris utama, dan formasi ini mulai solid. Mereka semua masih SMA waktu itu, bayangin aja, umur 17-18 tahun udah bikin musik yang bikin orang takjub!

Album Pertama: Sounding the Seventh Trumpet (2001)

Tahun 2001, A7X akhirnya ngerilis album debut mereka, Sounding the Seventh Trumpet, di bawah label Good Life Recordings. Album ini direkam pas mereka masih umur 18 tahun, dan isinya pure metalcore—genre yang lagi naik daun di era itu. Musiknya agresif, penuh scream, dan liriknya banyak bertema kematian dan religi, dipengaruhi band-band seperti Killswitch Engage dan Atreyu. Album ini awalnya dirilis dengan 11 lagu, tapi kemudian mereka rekam ulang lagu “To End the Rapture” dan rilis lagi di tahun 2002 bareng Hopeless Records.

Meskipun album ini belum bikin mereka tenar banget, Sounding the Seventh Trumpet jadi fondasi awal A7X. Mereka mulai tur buat promosiin album ini, termasuk ikut Vans Warped Tour, dan mulai dapet perhatian dari scene metalcore.

Album Kedua: Waking the Fallen (2003)

Masuk tahun 2003, A7X ngerilis album kedua mereka, Waking the Fallen, bareng Hopeless Records. Di album ini, mereka udah mulai berevolusi. Masih metalcore sih, tapi udah ada elemen melodi yang lebih kuat, terutama di permainan gitar Synyster Gates yang mulai menonjol. Lagu-lagu kayak “Unholy Confessions” jadi anthem buat para penggemar metalcore, dan sampe sekarang masih sering dibawain di konser mereka.

Di masa ini, formasi mereka juga berubah. Justin Sane keluar, diganti sama Dameon Ash, tapi nggak lama kemudian Dameon juga cabut, dan akhirnya Johnny Christ masuk sebagai bassis tetap. Formasi ini—M. Shadows, Zacky Vengeance, Synyster Gates, The Rev, dan Johnny Christ—jadi line-up paling ikonik A7X.

Waking the Fallen dapet sambutan hangat dari penggemar dan kritikus, dan banyak yang bilang album ini nunjukin potensi A7X buat jadi sesuatu yang lebih besar. Mereka mulai ninggalin elemen scream yang terlalu dominan, dan M. Shadows bahkan latihan vokal sama Ron Anderson biar suaranya lebih powerful tanpa harus scream terus.

Album Ketiga: City of Evil (2005)

Nah, di tahun 2005, A7X bikin gebrakan besar lewat album City of Evil. Ini album pertama mereka bareng label gede, Warner Bros., dan di sini mereka resmi ninggalin metalcore buat beralih ke heavy metal yang lebih tradisional. M. Shadows udah nggak scream lagi, fokus ke vokal clean yang lebih melodik, dan permainan gitar Synyster Gates sama Zacky Vengeance bikin orang takjub.

Lagu-lagu kayak “Bat Country” jadi hits besar, masuk chart Billboard Mainstream Rock di posisi 2 dan Modern Rock di posisi 6. Album ini debut di posisi 30 di Billboard 200, terjual 30 ribu kopi di minggu pertama, dan akhirnya dapet sertifikasi platinum di tahun 2009. Selain “Bat Country”, lagu-lagu kayak “Beast and the Harlot” dan “Seize the Day” juga jadi favorit penggemar. City of Evil bikin A7X menang Best New Artist di MTV Video Music Awards 2006, ngalahin nama-nama besar kayak Rihanna dan Chris Brown. Gila, kan?

Album Keempat: Avenged Sevenfold (2007)

Dua tahun kemudian, di Oktober 2007, mereka rilis album self-titled, Avenged Sevenfold. Album ini lebih eksperimental, campurin elemen heavy metal dengan orkestra, balada, bahkan ada nuansa country di lagu “Dear God”. Lagu “A Little Piece of Heaven” jadi salah satu yang paling unik, dengan vibe teatrikal dan lirik yang gelap tapi dibungkus melodi catchy. Sementara “Dear God” jadi lagu slow yang bikin hati para penggemar bergetar, apalagi di Indonesia, lagu ini sempet jadi hits banget.

Album ini sukses besar, terjual 500 ribu kopi dan dapet penghargaan “Album of the Year” di Kerrang! Awards 2008. A7X mulai dikenal sebagai band yang nggak takut bereksperimen, dan album ini bikin nama mereka makin melambung di kancah musik internasional.

Album Kelima: Nightmare (2010)

Tahun 2009 jadi momen kelam buat A7X. Drummer mereka, The Rev (James Owen Sullivan), yang juga salah satu pendiri band, meninggal dunia pada 28 Desember 2009 karena penyakit jantung yang diperparah efek obat dan alkohol. Kepergian The Rev bikin band ini shock berat, tapi mereka memutuskan buat lanjutin perjalanan mereka sebagai bentuk penghormatan buat sahabat mereka.

Album kelima, Nightmare, dirilis di Juli 2010, dan emosinya terasa banget. Album ini debut di posisi 1 Billboard 200, dan lagu-lagu kayak “Nightmare” dan “So Far Away” jadi hits. “So Far Away” sendiri adalah lagu yang ditulis Synyster Gates buat The Rev, dan bikin siapa aja yang dengerin ikut terharu. Untuk album ini, mereka dapet bantuan dari Mike Portnoy, eks drummer Dream Theater, buat ngisi posisi drum. Nightmare dapet status emas dan jadi salah satu album paling emosional dari A7X.

Album Keenam: Hail to the King (2013)

Di tahun 2011, Arin Ilejay masuk sebagai drummer baru, dan di 2013, A7X rilis album Hail to the King. Album ini bener-bener nunjukin influence mereka dari band-band heavy metal klasik kayak Metallica dan Guns N’ Roses. Lagu-lagu kayak “Hail to the King” dan “Shepherd of Fire” punya riff yang kuat dan vibe anthemik yang bikin orang pengen headbang.
Album ini juga sukses besar, debut di posisi 1 Billboard 200 dan terjual 159 ribu kopi di minggu pertama. Tapi, sayangnya, Arin Ilejay keluar nggak lama setelah album ini rilis, dan A7X sempet vakum dari posisi drummer tetap buat sementara waktu.

Album Ketujuh: The Stage (2016)

Setelah Arin keluar, Brooks Wackerman masuk sebagai drummer baru di 2015, dan di 2016, A7X rilis The Stage. Album ini beda banget dari karya mereka sebelumnya—ini adalah album konsep yang ngomongin tema kecerdasan buatan dan eksistensialisme. Musiknya lebih progresif, dengan lagu-lagu panjang kayak “Exist” yang berdurasi 15 menit.

The Stage dapet nominasi Grammy, tapi banyak juga yang bilang album ini terlalu “berat” buat didengerin santai. Meskipun begitu, album ini nunjukin kalau A7X nggak takut buat terus bereksperimen dan nggak cuma stuck di zona nyaman mereka.

Album Kedelapan: Life Is But a Dream… (2023)

Setelah tujuh tahun nggak rilis album penuh, A7X akhirnya comeback di 2023 dengan Life Is But a Dream…. Album ini bener-bener eksperimental, dengan lirik yang filosofis dan musik yang campur aduk—ada elemen screamo yang balik lagi di lagu “Mattel”, nuansa klasik di “Cosmic”, sampe vibe aneh yang bikin orang takjub di “We Love You”. Album ini seolah-olah nunjukin kedewasaan mereka setelah 25 tahun bermusik, dan banyak penggemar bilang ini adalah karya yang paling “A7X” dari A7X.

Perjalanan Hingga 2025

Sampai tahun 2025, A7X masih aktif dan tetep jadi salah satu band paling berpengaruh di dunia metal. Mereka udah rilis delapan album, mulai dari metalcore, heavy metal, sampe progressive metal, dan nggak pernah takut buat nyoba hal baru. Formasi mereka sekarang terdiri dari M. Shadows, Zacky Vengeance, Synyster Gates, Johnny Christ, dan Brooks Wackerman, dan mereka masih sering tur dunia, bikin penggemar di mana-mana histeris.

A7X juga udah ninggalin jejak besar di dunia musik. Dari penghargaan Best New Artist di MTV VMA 2006, sampe nominasi Grammy buat The Stage, mereka udah buktiin kalau mereka bukan cuma band biasa, tapi ikon yang terus berkembang. Lagu-lagu mereka kayak “Dear God”, “So Far Away”, dan “Bat Country” jadi anthem buat banyak anak muda di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, di mana mereka sempet manggung pada 2007 dan 2024.

Genre Musik yang Diusung

A7X emang dikenal sebagai band yang nggak takut berevolusi. Awalnya mereka pure metalcore di Sounding the Seventh Trumpet dan Waking the Fallen, dengan scream dan breakdown yang gahar. Terus, mereka beralih ke heavy metal yang lebih tradisional di City of Evil dan Hail to the King. Di album self-titled sama Nightmare, mereka campurin heavy metal dengan elemen orkestra dan balada. Terakhir, di The Stage dan Life Is But a Dream…, mereka lebih ke progressive metal dengan sentuhan eksperimental yang bikin orang takjub.

A7X, Legenda yang Nggak Akan Mati

Avenged Sevenfold bukan cuma band, tapi fenomena. Mereka udah ngasih kita musik yang bikin hati bergetar, dari lagu-lagu agresif sampe balada yang bikin nangis. Perjalanan mereka penuh liku—dari gonta-ganti personil, kehilangan The Rev, sampe terus bereksperimen dengan musik mereka—tapi mereka tetep berdiri tegak sebagai salah satu band terbesar di dunia metal.

Yang terkait :

Categorized in:

Tagged in:

,